Komisi XII: Kunjungan Presiden ke Rusia Tegaskan Komitmen Lanjutkan Proyek GRR Tuban

13-07-2025 /
Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto dalam pertemuan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XII DPR RI di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (11/7/2025). Foto: Ridwan/vel

PARLEMENTARIA, Surabaya – Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, menyatakan bahwa kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Rusia beberapa waktu lalu menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia berkomitmen melanjutkan pembangunan Grass Root Refinery and Petrochemical (GRR&P) Tuban, Jawa Timur. Proyek kerja sama antara PT Pertamina dan perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft, ini diyakini sangat strategis karena tidak hanya memproduksi bahan bakar minyak, tetapi juga membangun industri petrokimia nasional yang dikelola negara, bukan swasta.

 

“GRR Tuban sangat penting bagi Indonesia. Ini bukan sekadar membangun kilang minyak, tapi sekaligus membentuk petrochemical industry complex milik bangsa sendiri,” ujar Sugeng dalam pertemuan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XII DPR RI di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (11/7/2025). Hadir dalam pertemuan tersebut jajaran Direksi PT Pertamina (Persero), PT Kilang Pertamina Internasional, serta PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia Jawa Timur.

 

Sugeng menjelaskan, proyek GRR Tuban yang telah masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sejak 2017, sempat terkendala akibat dinamika geopolitik global, terutama sejak pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina. Situasi tersebut berdampak pada lalu lintas pembiayaan karena Rusia terkena embargo, padahal nilai investasi proyek ini mencapai sekitar 20 miliar dolar AS.

 

Meski begitu, Sugeng menegaskan bahwa Rosneft tidak pernah menarik diri dari proyek ini. Bahkan, menurutnya, komitmen kerja sama antara kedua negara semakin diperkuat pasca kunjungan Presiden Prabowo dan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

 

“Proyek ini tidak hanya akan memproduksi BBM hingga 300 ribu barel per hari, tetapi juga menghasilkan produk petrokimia hingga 4,5 juta ton per tahun. Ini penting karena saat ini kita masih impor 64 persen kebutuhan petrokimia nasional,” terang Politisi Fraksi Partai NasDem ini.

 

Sugeng menambahkan, Indonesia saat ini mengeluarkan lebih dari 9 miliar dolar AS setiap tahun hanya untuk impor bahan baku petrokimia, seperti plastik, PVC, dan serat sintetis. Oleh karena itu, kehadiran kilang GRR Tuban akan mengurangi ketergantungan impor sekaligus memperkuat struktur industri nasional.

 

Lebih jauh, Sugeng menegaskan bahwa seluruh kilang di Indonesia ke depan harus bertransformasi menjadi refinery-petrochemical industry complex, bukan lagi sekadar pengolah minyak mentah menjadi BBM.

 

“Kalau hanya kilang BBM, marginnya kecil dan cenderung merugi. Dunia sudah beralih ke model kilang terintegrasi dengan industri petrokimia. Dan GRR Tuban sejak awal sudah dirancang dengan konsep itu,” tegasnya.

 

Ia pun menilai bahwa keberadaan Presiden dalam mendorong penyelesaian hambatan geopolitik menjadi krusial agar proyek ini dapat kembali berjalan dan dituntaskan sesuai rencana strategis nasional. (rdn)

BERITA TERKAIT
Perlu Evaluasi Tata Kelola Tambang Timah untuk Minimalkan Illegal Mining
15-08-2025 /
PARLEMENTARIA, Pangkal Pinang - Anggota Komisi XII DPR RI, Irsan Sosiawan, menegaskan pentingnya evaluasi tata kelola pertambangan timah untuk meminimalkan...
Tata Kelola Pertimahan Harus Lebih Melibatkan Masyarakat
13-08-2025 /
PARLEMENTARIA, Pangkal Pinang - Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya, menegaskan komitmennya untuk mendorong tata kelola industri pertimahan yang...
Komisi XII Tegaskan Keadilan Sosial dalam Penyediaan BBM dan Listrik di NTT
13-08-2025 /
PARLEMENTARIA, Kupang — Komisi XII DPR RI menegaskan pentingnya menjaga keterjangkauan (affordability) bahan bakar minyak (BBM) dan listrik bagi masyarakat,...
Dipo Nusantara Soroti Kelangkaan dan Antrean Panjang BBM di NTT
13-08-2025 /
PARLEMENTARIA, Kupang — Komisi XII DPR RI menyoroti persoalan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang kerap menimbulkan antrean panjang di...